KINESIKA (Suatu Jawaban Atas Analisis Tubuh Sosial)

KINESIKA


Avena Mtd



Prakata

Studi tentang tubuh yang memiliki suatu nilai sosial banyak disalahtafsirkan oleh beberapa kalangan akademis dan awam, studi tubuh sosial berawal dari anggapan yang muncul terhadap tubuh (fisik dan non-fisik) memiliki nilai sosial dalam lingkungan, tubuh bukan lagi sebagai raga manusia akan tetapi tubuh memiliki makna lain sebagai suatu bentuk nilai sosial dalam lingkungan sekitarnya, anggapan ini memiliki aspek ambiguitas yang bisa menimbulkan bias dikemudian hari dan hal inilah yang akan dipaparkan dalam penjelasan berikutnya.


Tubuh sebagai raga dan sebagai nilai sosial


Manusia diciptakan oleh Tuhan terdiri dari dua bahagian penting, yaitu : bagian ragawi (fisik) dan bagian jiwa (soul). Pada proses kehidupan kedua bahagian penting berjalan dan bekerja sama untuk “menghidupkan” manusia secara kasat mata, hal ini dikarenakan ada manusia hidup hanya dengan mengandalkan salah satu bagian penting dari bentuk manusia secara utuh. Manusia yang hidup hanya dengan mengandalkan bagian fisik dalam hidupnya pada umumnya adalah manusia yang telah mengalami kondisi koma secara medis dan hanya syaraf tulang belakang yang berfungsi, adapula manusia yang secara ragawi terlihat sehat akan tetapi tidak memiliki jiwa, manusia seperti ini digolongkan pada manusia yang mengalami penyakit jiwa (gila), secara ragawi manusia golongan ini memiliki bentuk ragawi yang sehat secara medis namun memiliki kecacatan dalam sistem syaraf.
Dari dua aspek penting yang memungkinkan manusia hidup secara layak menurut konsepsi masyarakat maka manusia tersebut memiliki tubuh sebagai raga dan jiwa sebagai motor dan pusat perintah setiap proses kegiatan manusia. Tubuh sebagai raga dalam tulisan ini disepakati sebagai hasil kerjasama antara raga dan jiwa.
Dalam proses perkembangan manusia dan lingkungan menyebabkan manusia tumbuh sebagai mahluk yang dapat dengan cepat mengkondisikan keadaan sekitar dengan keadaan dirinya, manusia sebagai mahluk yang memiliki unit pusat perintah berupa otak menyebabkan manusia dapat berfikir dalam melakukan suatu hal dalam kehidupannya, selain itu akibat dari proses berfikir manusia kemudian timbul konsep baru yang oleh sebahagian kalangan disebut dengan “konsep tubuh sosial”, menurut kalangan pengikut konsep ini menyatakan bahwa tubuh manusia memiliki nilai sosial yang disesuaikan kondisi lingkungannya, sebagai contoh dari konsep tubuh sosial ini adalah :
Manusia pada umumnya memiliki rasa malu untuk mempertontonkan raga di muka umum, manusia melakukan kegiatan mandi pada umumnya dalam satu ruangan khusus yang tertutup sehingga orang lain tidak dapat melihat proses kegiatan mandi tersebut, apabila kegiatan mandi ini dibawa pada ranah sosial apakah manusia juga dapat melakukan kegiatan mandi seperti biasanya, jawabannya adalah bisa. Manusia dapat melakukan kegiatan mandi tersebut pada ranah sosial seperti kamar mandi umum yang terbuka, mandi di sungai atau kolam berenang, hal ini terjadi karena kamar mandi umum, sungai dan kolam berenang telah dikonsepsikan terlebih dahulu sebagai ranah individu yang mengalami proses perubahan pada ranah sosial dan hal proses ini memerlukan waktu yang sangat panjang, beruntung manusia zaman sekarang telah hidup pada kondisi dimana raga dipertontonkan dimuka umum bukan dianggap sebagai suatu hal yang tabu, namun konsep tubuh sosial ini terkait pada aspek waktu, oleh kalangan penganut konsep tubuh sosial aspek waktu adalah suatu hal yang bersifat mengada-ada. Dalam proses menuju konsep tubuh sosial sebenarnya yang berperan dalam hal ini adalah kondisi dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan hal tersebut dan hal ini terkait pada kemauan pribadi seseorang serta tidak dapat menjadi milik sosial.
Konsep tubuh sosial ini pada hakikatnya adalah bentuk dari konsep “bahasa tubuh” (body language), dalam bahasa tubuh, tubuh berfungsi sebagai sarana transformasi komunikasi sosial, bahasa tubuh selain dipraktekkan oleh manusia yang memiliki bentuk tubuh yang ideal, hal ini dipraktekkan sebagai alternatif komunikasi selain melalui kata-kata juga banyak dipraktekkan oleh manusia yang kehilangan suara atau bisu[1].
Tubuh secara umum memiliki nilai individu dan sosial namun terikat pada kondisi ruang dan waktu, ada saat tertentu dimana tubuh merupakan milik individu dan ada saat dimana tubuh masuk pada lingkungan sosial. Dalam konsep tubuh sosial yang ditampilkan secara visual yang ingin ditonjolkan dari gambaran visual adalah bagaimana tubuh tidak terikat pada waktu dengan kata lain tubuh memposisikan diri pada kondisi sekitar, hal ini sangat rancu karena apabila seseorang ditampilkan dalam kondisi santai[2] apakah ini berarti tubuh telah dilepaskan dari kondisi waktu dan masuk pada konsep memposisikan tubuh pada keadaan sekitar. Dalam konsep kinesika yang merupakan hasil perkembangan dari ilmu linguistik konsep tubuh sosial terbongkar bahwa apa yang telah disampaikan oleh konsep tubuh sosial adalah hal yang dapat berakibat bias.


Kinesika

Kinesika dapat digambarkan sebagai suatu sistem komunikasi dengan menggunakan gerakan, salah satu bentuk kinesika yang sudah dikenal oleh banyak orang adalah melalui ungkapan bahasa tubuh, pesan yang ingin disampaikan dikomunikasikan melalui gerakan-gerakan tubuh. Dari kinesika ini dapat dilihat kedudukan sebenarnya dari konsep tubuh sosial yang menjadi sumber perdebatan, kondisi santai dalam konsep kinesika memiliki keterkaitan dengan aspek ruang dan waktu, sebagai contoh orang Indonesia akan menganggukkan kepala untuk menjawab “iya” dan menggelengkan kepala untuk menjawab “tidak”, bagi orang Yunani anggukan kepala berarti “iya” sedangkan “tidak” ditransformasikan dalam bentuk gerakan mendongakkan kepala seolah hendak mengangkat muka serta mata tertutup dan keningnya terangkat, dari contoh ini terlihat bahwa gerakan-gerakan sebagai analogi komunikasi terkonstruksikan secara lingkungan sosial setempat, gerakan-gerakan tersebut memiliki pola yang sama namun memiliki perbedaan arti sebagai bunti bahwa gerakan-gerakan tersebut memiliki keterkaitan pada ruang, waktu dan lokasi.
Dalam konsep tubuh sosial faktor ruang dan waktu sengaja dilepaskan untuk menimbulkan suatu kondisi tubuh yang terlepas dari nilai sebenarnya dan menjadi nilai sosial dari keadaan sekitarnya, hal inilah yang menjadi kelemahan utama dari konsep tubuh sosial. Pada hakikatnya tubuh memiliki fungsi dan nilai individu serta sosial namun hal ini tergantung pada waktu kapan tubuh melepaskan nilai dan fungsi individu menjadi nilai dan fungsi sosial, proses perubahan nilai dan fungsi tubuh ini juga tergantung pada konsepsi sosial yang telah dikonstruksikan melalui proses panjang terlebih dahulu.


Kesimpulan

Konsep tubuh sosial adalah salah bentuk dari kinesika yang memiliki kekurangan dalam bentuk aplikatifnya, konsep kinesika sebagai hal utama dalam membangun gerakan sebagai salah satu alternatif komunikasi selain suara. Bahasa tubuh kiranya adalah bentuk sempurna dari konsep tubuh sosial yang telah gagal dalam mengaplikasikan konsepnya dalam bentuk kehidupan manusia secara sosial.




Daftar Pustaka

Birdwhistell L. Ray, Kinesics and Context, Philadelphia of Pennsylvania Press, 1970

Haviland A. William, Antropologi 4th Edition, CBS college Publishing, 1985


Footnote :

[1] Penulis berpendapat bahwa konsep bahasa tubuh sebagai bentuk transformasi komunikasi sosial sedangkan kinesika adalah bnetuk komunikasi melalui gerak tubuh, simbolisasi tubuh.
[2] Kondisi santai pada manusia adalah suatu hal yang tidak dapat diukur secara pasti karena tingkat santai pada tiap orang tentu berbeda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Krisis Metode Penelitian Antropologi (Observasi Partisipasi Dan Kedudukan Peneliti Dalam Suatu Penelitian Antropologi)

Rumah Sakit Deli Maatschappaij; Ikon Sejarah Kesehatan dan Aspek Legalitas

BAGAS GODANG; Simbol Ornamentasi Rumah Tradisional Mandailing