KAMIS 16 AGUSTUS 2007

Avena Matondang


Abstraksi

Mahasiswa sebagai tulang punggung dan pewaris generasi akademis harusnya memiliki OTAK untuk BERFIKIR bukannya menggunakan DENGKUL untuk berfikir. Pameo seperti yang telah disebutkan sebelumnya tentu cocok untuk menggambarkan situasi terkini yang terjadi pada kampus FISIP-USU.
Mahasiswa Sebagai Generasi Akademis
Setiap tahun ajaran baru bagi mahasiswa FISIP-USU mungkin adalah “neraka” bagi sebahagian mahasiswa yang beranggapan bahwa proses PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) tidak lebih daripada suatu ritual yang menghabiskan tenaga dan uang secara percuma, namun bagi sebahagian yang menganggap acara PMB adalah “surga”, bagi mereka inilah saatnya untuk unjuk gigi, tebar pesona kepada mahasiswa baru. Acara tebar pesona yang mereka tampilkan hanyalah sekedar sandiwara untuk mengatakan “Dek, lihatlah abang kau ini, karena aku sudah besar maka pantaslah kau kupijak”, kalimat tersebut mungkin mengandung sarkastik namun itulah kenyataan yang harus diterima secara lapang dada.
Pada saat awal penerimaan mahasiswa baru, setiap mahasiswa dibagikan buku petunjuk akademis yang dicetak oleh pihak universitas (USU), dalam buku tersebut jelas tertulis apa yang menjadi hak dan kewajiban dari para mahasiswa hal ini diganjar dengan pembuatan surat pernyataan diatas kertas segel bahwa sebagai mahasiswa harus mematuhi segala peraturan yang berlaku.
Bagi para pembangkang yang tidak tahu diri, hal-hal yang menyangkut peraturan tidak lebih dianggap sebagai sampah tak berguna, padahal semsetinya seorang mahasiswa harus memegang teguh tridarma, kenyataannya semua itu hanya sebatas retorika bagi mereka yang menganggap dirinya superior.

Tangan-tangan Tidak Kelihatan


Setiap pergerakan dikampus yang dilakukan setiap saat tidaklah lepas dari peran tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands), tangan-tangan ini selalu dan terus menggoyang suasana kondusif didalam kampus.
Kebebasan merupakan syarat mutlak bagi mahasiswa dalam bertindak namun hal tersebut harus sesuai dengan jalurnya, bukan kebebasan tanpa aturan.
Setiap peristiwa yang terjadi dikampus tidak lepas dari peran beberapa organisasi yang telah ditunggangi oleh tangan-tangan tidak kelihatan tersebut, kegiatan organisasi ini selalu mengatasnamakan mahasiswa, tentu hal seperti ini harus diwaspadai dan terus diperhatikan.
Kejadian tanggal 16 agustus 2007 di kampus FISIP-USU tidak lepas dari peran organisasi yang ingin merusak kondisi kampus, permintaan mereka yang menolak kenaikan SPP bagi mahasiswa adalah suatu hal yang mengada-ada, kenapa? Beberapa anggota dari organisasi ini yang merupakan mahasiswa ternyata dibiayai oleh orangtua mereka yang notabene adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan dan berpengaruh, sungguh naïf !
Bagaimana mungkin pada satu kesempatan menolak kenaikan SPP, pada sisi lain menjilat para penguasa ?.
Organisasi kampus seperti PEMA (PEMA FISIP-USU) tidak lepas dari peran organisasi yang bekerja dibelakang layer dengan satu tujuan merusak mental dan kondisi kampus FISIP-USU, peristiwa pembakaran ban yang mereka lakukan adalah suatu hal yang dilakukan tanpa dilandasi konsep berfikir lewat OTAK, apakah mereka tidak pernah berfikir akibat pembakaran ban yang mereka lakukan ditengah-tengah kampus FISIP-USU akan mengakibatkan :
1.Para petugas kebersihan kesulitan untuk membersihkan sisa pembakaran ban karena ban tersebut meleleh.
2.Apakah mereka tidak merasakan bahwa perbuatan mereka disaat penerimaan mahasiswa baru telah mengakibatkan trauma psikologis kepada setiap mahasiswa/i FISIP-USU.
3.Rusaknya fasilitas kampus, sedangkan mereka berkoar-koar layaknya MONYET meminta perbaikan fasilitas kampus.
Mari bersama-sama kita berfikir ulang atas apa yang telah terjadi karena bukan kalian semata yang menjadi mahasiswa/i di FISIP-USU, ada ratusan kepala lainnya yang menjadi penghuni akademis kampus FISIP-USU.
Penulisan ini bukan sebagai tindakan sakit hati atau yang lainnya, penulisan ini tidak lebih dari sekedar usaha untuk mengingatkan kepada kawan-kawan lainnya bahwa pembodohan dan penghancuran telah dan akan terus dilakukan oleh organisasi berkedok pergerakan mahasiswa dan tangan-tangan tidak kelihatan tersebut.


SADARKAN PIKIRAN ADA SEJUTA HARAPAN DIGANTUNG PADA DIRI KITA UNTUK MERUBAH KONDISI BUKAN SEKEDAR TEBAR PESONA MERUGIKAN DIRI ORANG LAIN.

Penulis adalah mahasiswa Departemen Antropologi 2003 dan merupakan bahagian dari mahasiswa FISIP-USU, tidak terlibat pada organisasi yang merusak dan membodohi setiap mahasiswa beserta fasilitas kampus.

Komentar

sandrak mengatakan…
salam,
hati ini bangga melihat kemajuanmu sobat, ku harap dapat bermanfaat bagi banyak orang

bagi-bagi donk ilmunya.
Kapan ya???? ehmmmmm lusa bisa??

take care
sandrak.manurung@yahoo.co.id
Ibnu Avena Matondang mengatakan…
Terima Kasih atas apresiasinya untuk sekedar melihat, membaca blog saya ini.
masalah ilmu itu bisa dengan mudah dibag-bagi karena ilmu tidak akan berguna apabila tidak dibagi-bagi kepada orang lain yang membutuhkan
Dina Aulia Djokroyudho mengatakan…
wah.mantab X neh blog. law boleh tau ne blog alumnus Fisip USu ya?seorang antropolog???
saya dina aulia djokroyudho antropologi fisip usu stanbuk 2010.jika memang abg abg abk antro berarti senior saya. abg stanbuk berapa????
mantab X bacaan blog abg neh.jadi terinspirasi saya buat lebih giat lg blajarnya. hahaha'
bisa sering bareng gak bg????thanks
Ibnu Avena Matondang mengatakan…
Salam kenal,
Saya alumnus Departemen Antropologi FISIP-USU stambuk 2003, berarti masih tergolong kerabat antro. Selamat membaca dan mari berbagi pengetahuan

Postingan populer dari blog ini

Rumah Sakit Deli Maatschappaij; Ikon Sejarah Kesehatan dan Aspek Legalitas

Krisis Metode Penelitian Antropologi (Observasi Partisipasi Dan Kedudukan Peneliti Dalam Suatu Penelitian Antropologi)

BAGAS GODANG; Simbol Ornamentasi Rumah Tradisional Mandailing