Spesial Efek dalam Pandangan Antropologi Visual Penggunaan Media Efek Teknologi Dalam Karya Visual
Spesial Efek dalam Pandangan Antropologi Visual
Penggunaan Media Efek Teknologi Dalam Karya Visual
Avena Matondang
Pendahuluan
Kajian-kajian antropologi telah mengalami perkembangan pada awal abad 20, hal ini ditandai dengan munculnya studi antropologi di pusat-pusat pendidikan ilmu sosial di berbagai belahan dunia, proses perkembangan antropologi mendapatkan sokongan yang besar ketika penggunaan teknologi melalui media elektronik merasuk dalam studi antropologi. Proses kerja lapangan yang dilakukan oleh Margaret Mead (Balinese Character) telah menjadi titik tolak perkembangan antropologi visual.
Dalam pendekatan antropologi klasik dipergunakan media tulis-menulis dalam pemaparan hasil etnografis dan hal ini membutuhkan imajinasi serta persepsi yang diinginkan oleh penulis, ketidakseimbangan imajinasi dan persepsi antara penulis dan pembaca coba untuk dijembatani oleh antropologi visual dengan menyajikan data nyata di lapangan penelitian.
Perkembangan antropologi visual juga turut mengikuti perkembangan penggunaan media teknologi, seperti kamera digital, kamera video hingga pada penggunaan efek-efek yang dihasilkan oleh software komputer, hal ini menjadi pertanyaan “apakah hal ini dapat diterima ?,” pertanyaan ini akan dibahas dalam pemaparan berikut.
Antropologi Visual; Kajian Teknologi dan Budaya Suatu Pengantar
Secara harfiah antropologi merupakan studi tentang proses hidup manusia yang berkaitan dengan aspek fisik, sosial serta lingkungan, beranjak dari definisi tersebut maka proses observasi dan penelitian dalam lingkup antropologi membutuhkan daya dan upaya untuk dapat menyajikan data lapangan yang sesuai dengan kenyataan yang didapat, menjadi pertanyaan besar adalah ketika proses penyampaian ide tersebut gagal oleh karena terbentur pada aspek imajinasi dan persepsi.
Penggunaan media visual dengan konsekuensi metodologi antropologi adalah suatu jawaban atas pertanyaan tersebut, namun hal ini memerlukan kontrol individu untuk jujur pada hasil kerja lapangannya.
Antropologi visual sebagai bentuk kajian antropologi memerlukan bentuk kerjasama dengan bidang pengetahuan lainnya, seperti kajian seni, fotografi, videografi, sinematografi, gender, arkeologi, kognitif antropologi. Penjelasan dalam antropologi visual yang membagi dua pokok bahasan, yaitu : 1. Pemaparan budaya kasat mata, 2. Budaya tidak kasat mata, kedua hal tersebut membutuhkan kerjasama antar bidang pengetahuan dan penggunaan metode penelitian antropologi yang sungguh-sungguh.
Penggunaan teknologi tidak lepas dari “etika penggunaan” alat teknologi tersebut, pada satu sisi pemenuhan kebutuhan terhadap alat teknologi merupakan suatu hal yang dapat mempersingkat waktu dan jarak namun pada sisi lain, kepraktisan telah menimbulkan suatu fenomena baru yang memiliki akibat negatif. Penempatan subjek penelitian sebagai suatu fokus juga tidak lepas dari lingkup antropologi dan proses visual terhadap subjek harus tunduk terhadap perkembangan yang ada dilapangan penelitian, pada umumnya terjadi “salah-persepsi” antara antropolog dan subjek penelitian dalam aspek penggunaan material visual, kesalahan ini diakibatkan oleh sikap seorang peneliti yang telah “dikuasai” oleh materi teknologi dalam menjalankan penelitian.
Efek Komputer: Ambiguitas dan Kenyataan
Penggunaan software foto dan video dalam proses menghasilkan suatu laporan, karya visual antropologi sudah umum untuk dilakukan, hal ini didukung oleh pemanfaatan waktu yang hemat dan kompleksitas kerja yang tinggi.
Penggunaan software tidak lepas dari komponen software untuk menghasilkan suatu karya yang “sempurna”, seperti hasil foto yang tidak under dan over expose serta dalam hasil video untuk melambatkan dan mempercepat suatu adegan untuk menjelaskan suatu fenomena, apakah hal ini dapat diterima ?.
Ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang bersifat dinamis dan berdiri dititik tengah diantara pernyataan benar atau salah tanpa memihak pada salah satu jawaban begitu juga penggunaan efek dalam antropologi visual, hal tersebut dapat diterima dan tanpa batasan penggunaan efek software komputer, ketika seorang antropolog membutuhkan karya foto dalam kondisi under exposed maka ia dapat menggunakan efek under exposed pada pengolahan begitu juga dalam video, ketika ingin menjelaskan suatu adegan dan dianggap perlu untuk melambatkan maka hal itu dapat dilakukan.
Penggunaan spesial efek dalam hasil karya antropologi visual (audio, foto dan video) adalah suatu hal yang umum terjadi, ekses yang dicurigai dari penggunaan spesial efek adalah munculnya intepretasi lain dari karya tersebut, hal ini tidak menjadi persoalan ketika antropolog tersebut memang bertujuan untuk merubah intepretasi dari karya antropologi visual.
Hilangnya arti dan esensi suatu karya visual antropologi akibat dari penggunaan spesial efek adalah suatu hal yang mustahil, karena tidak pernah hilang arti dan esensi suatu karya visual antropologi melainkan berubah arti sesuai dengan keinginan antropolog dalam usaha menyajikan data lapangan, hasil baik dan buruk dari perubahan tersebut adalah konsekuensi yang harus ditanggung individu antropolog tersebut.
Akhir kata penggunaan spesial efek adalah suatu hal lazim dan diizinkan tanpa batas untuk digunakan dalam karya visual antropologi.
Medan
29 August 2009
0:40
Avena Matondang
Penggunaan Media Efek Teknologi Dalam Karya Visual
Avena Matondang
Pendahuluan
Kajian-kajian antropologi telah mengalami perkembangan pada awal abad 20, hal ini ditandai dengan munculnya studi antropologi di pusat-pusat pendidikan ilmu sosial di berbagai belahan dunia, proses perkembangan antropologi mendapatkan sokongan yang besar ketika penggunaan teknologi melalui media elektronik merasuk dalam studi antropologi. Proses kerja lapangan yang dilakukan oleh Margaret Mead (Balinese Character) telah menjadi titik tolak perkembangan antropologi visual.
Dalam pendekatan antropologi klasik dipergunakan media tulis-menulis dalam pemaparan hasil etnografis dan hal ini membutuhkan imajinasi serta persepsi yang diinginkan oleh penulis, ketidakseimbangan imajinasi dan persepsi antara penulis dan pembaca coba untuk dijembatani oleh antropologi visual dengan menyajikan data nyata di lapangan penelitian.
Perkembangan antropologi visual juga turut mengikuti perkembangan penggunaan media teknologi, seperti kamera digital, kamera video hingga pada penggunaan efek-efek yang dihasilkan oleh software komputer, hal ini menjadi pertanyaan “apakah hal ini dapat diterima ?,” pertanyaan ini akan dibahas dalam pemaparan berikut.
Antropologi Visual; Kajian Teknologi dan Budaya Suatu Pengantar
Secara harfiah antropologi merupakan studi tentang proses hidup manusia yang berkaitan dengan aspek fisik, sosial serta lingkungan, beranjak dari definisi tersebut maka proses observasi dan penelitian dalam lingkup antropologi membutuhkan daya dan upaya untuk dapat menyajikan data lapangan yang sesuai dengan kenyataan yang didapat, menjadi pertanyaan besar adalah ketika proses penyampaian ide tersebut gagal oleh karena terbentur pada aspek imajinasi dan persepsi.
Penggunaan media visual dengan konsekuensi metodologi antropologi adalah suatu jawaban atas pertanyaan tersebut, namun hal ini memerlukan kontrol individu untuk jujur pada hasil kerja lapangannya.
Antropologi visual sebagai bentuk kajian antropologi memerlukan bentuk kerjasama dengan bidang pengetahuan lainnya, seperti kajian seni, fotografi, videografi, sinematografi, gender, arkeologi, kognitif antropologi. Penjelasan dalam antropologi visual yang membagi dua pokok bahasan, yaitu : 1. Pemaparan budaya kasat mata, 2. Budaya tidak kasat mata, kedua hal tersebut membutuhkan kerjasama antar bidang pengetahuan dan penggunaan metode penelitian antropologi yang sungguh-sungguh.
Penggunaan teknologi tidak lepas dari “etika penggunaan” alat teknologi tersebut, pada satu sisi pemenuhan kebutuhan terhadap alat teknologi merupakan suatu hal yang dapat mempersingkat waktu dan jarak namun pada sisi lain, kepraktisan telah menimbulkan suatu fenomena baru yang memiliki akibat negatif. Penempatan subjek penelitian sebagai suatu fokus juga tidak lepas dari lingkup antropologi dan proses visual terhadap subjek harus tunduk terhadap perkembangan yang ada dilapangan penelitian, pada umumnya terjadi “salah-persepsi” antara antropolog dan subjek penelitian dalam aspek penggunaan material visual, kesalahan ini diakibatkan oleh sikap seorang peneliti yang telah “dikuasai” oleh materi teknologi dalam menjalankan penelitian.
Efek Komputer: Ambiguitas dan Kenyataan
Penggunaan software foto dan video dalam proses menghasilkan suatu laporan, karya visual antropologi sudah umum untuk dilakukan, hal ini didukung oleh pemanfaatan waktu yang hemat dan kompleksitas kerja yang tinggi.
Penggunaan software tidak lepas dari komponen software untuk menghasilkan suatu karya yang “sempurna”, seperti hasil foto yang tidak under dan over expose serta dalam hasil video untuk melambatkan dan mempercepat suatu adegan untuk menjelaskan suatu fenomena, apakah hal ini dapat diterima ?.
Ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang bersifat dinamis dan berdiri dititik tengah diantara pernyataan benar atau salah tanpa memihak pada salah satu jawaban begitu juga penggunaan efek dalam antropologi visual, hal tersebut dapat diterima dan tanpa batasan penggunaan efek software komputer, ketika seorang antropolog membutuhkan karya foto dalam kondisi under exposed maka ia dapat menggunakan efek under exposed pada pengolahan begitu juga dalam video, ketika ingin menjelaskan suatu adegan dan dianggap perlu untuk melambatkan maka hal itu dapat dilakukan.
Penggunaan spesial efek dalam hasil karya antropologi visual (audio, foto dan video) adalah suatu hal yang umum terjadi, ekses yang dicurigai dari penggunaan spesial efek adalah munculnya intepretasi lain dari karya tersebut, hal ini tidak menjadi persoalan ketika antropolog tersebut memang bertujuan untuk merubah intepretasi dari karya antropologi visual.
Hilangnya arti dan esensi suatu karya visual antropologi akibat dari penggunaan spesial efek adalah suatu hal yang mustahil, karena tidak pernah hilang arti dan esensi suatu karya visual antropologi melainkan berubah arti sesuai dengan keinginan antropolog dalam usaha menyajikan data lapangan, hasil baik dan buruk dari perubahan tersebut adalah konsekuensi yang harus ditanggung individu antropolog tersebut.
Akhir kata penggunaan spesial efek adalah suatu hal lazim dan diizinkan tanpa batas untuk digunakan dalam karya visual antropologi.
Medan
29 August 2009
0:40
Avena Matondang
Komentar