Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tao Silalahi Arts Festival 2019; Urdot Kultural Anak Muda

Gambar
Perjalanan kultural adalah pengalaman yang tak dapat tergantikan dengan hal apapun, idiom ini juga berlaku pada kegiatan Tao Silalahi Arts Festival 2019 yang berlangsung pada tanggal 6 hingga 8 September di Silalahi, Kabupaten Dairi. Kegiatan Tao Silalahi Art Festival yang dihadiri oleh 9.253 orang sebagaimana dicatat oleh panitia TSAF 2019 dan Rumah Karya Indonesia (RKI) ini merupakan suatu pencapaian yang menggairahkan dalam perspektif gerak pariwisata Sumatera Utara yang stagnan dan berorientasi pada keuntungan finansial menanggalkan sisi kultural masyarakat tempatan. Tao Silalahi Arts Festival tidak menawarkan aspek kemewahan dan hospitality berlebihan layaknya kegiatan pariwisata secara umum melainkan menyuguhkan suatu pengalaman intrinsik secara personal sebagai cara membuktikan kegundahan generasi muda terhadap keberlangsungan kultur tradisi yang selama ini menjadi konsumsi golongan usia dan status sosial tertentu. Keberagaman akan latar belakang usia, jenis kelami

1000tenda dan Absurditas Kaum Milenial

1000tenda dan Absurditas Kaum Milenial Banyak yang mengejek kaum milenial dari keterikatan pada gadget , sikap individual hingga miskin wacana, berangkat dari ejekan itu muncul jawaban menepis segala keraguan terhadap kaum milenial, yakni kegiatan 1000tenda di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba-Samosir. Desa yang harus dicapai oleh keinginan yang kuat karena terbatasnya akses transportasi dari dan menuju desa tersebut serta tentu saja akses jaringan internet yang terbatas (!). Beragam keterbatasan itu didobrak oleh kaum milenial dengan unjuk praktik; kebersihan, berwacana politik, jaringan yang luas, berbaur dan hal lainnya berlawanan dengan sikap skeptis generasi sebelumnya. Kegiatan 1000tenda di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba-Samosir tidak hanya sekedar anjangsana pada kehidupan luar-ruang layaknya kegiatan camping lainnya melainkan pula membawa misi mencerdaskan kaum milenial dengan tetap menautkannya pada elemen kultural yang hakiki tanpa haru