Kalo Apanya Apa ... Apa ?

Serangkai Kata Awal
tulisan ini mungkin telah banyak dan sering dibahas dalam halaman blog ini, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi diri sendiri dan orang lain yang merasa tertarik untuk mengkaji tulisan ini lebih dalam agar tulisan ini tidak hanya sekedar tulisan atau corat-coret tidak menentu melainkan dinilai sebagai suatu tulisan yang pada saat sekarang sudah menjadi topik penting dikalangan antropolog. tulisan dalam blog ini juga sebagai wadah persiapan diri bagi pribadi agar pantang menyerah dalam mengkaji sesuatu hal, dan yang paling penting adalah berbagai tulisan pribadi yang memuat segala hal tentang antropologi visual adalah sebagai refleksi diri atas perkembangan zaman dan teknologi yang harus disikapi secara bijaksana serta bagi kerabat lainnya yang mengambil mata kuliah antropologi visual agar lebih tertantang untuk membuktikan "keampuhan" antropologi visual pada lapangan penelitian.


Kalo Apanya Apa ... apa ?


Avena Matondang




Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dengan aspek budayanya yang meliputi banyak hal, seperti : lingkungan, teknologi, kekerabatan, dan lain sebagainya. cakupan kajian antropologi yang luas menjadikan ilmu ini merupakan ilmu yang berguna dalam setiap lini kehidupan.
Saat proses perkembangan zaman berlangsung, proses perkembangan berfikir dan aplikasinya terhadap teknologi juga ikut berkembang didalamnya, hal ini mendasari munculnya antropologi sebagai ilmu yang ikut menggunakan hasil teknologi dalam pengaplikasian ilmunya pada lapangan penelitian. Mulanya penelitian antropologi yang dilakukan oleh antropolog menghasilkan apa yang disebut dengan etnografi (catatan/tulisan tentang suku bangsa), dalam etnografi mencakup segala hal tentang suatu suku bangsa baik secara umum maupun secara spesifik. Etnografi yang merupakan tulisan tentang suku bangsa sudah pasti menyajikan data penelitian lapangan dalam bentuk tulisan (tekstual), dalam beberapa faktor hal ini memiliki keterbatasan yang dapat menyebabkan kekeliruan dalam menafsirkan suatu karya etnografi oleh para pembacanya.
Penerjemahan karya etnografi tidak hanya dilakukan oleh para antropolog saja melainkan masyarakat umum juga dapat membaca suatu karya etnografi, masalahnya adalah ketika muncul beragam penafsiran dalam masing-masing pikiran manusia dalam membaca karya etnografi. sebagai contoh adalah ketika tulisan etnografi tersebut memuat tentang upacara adat suatu suku, dalam upacara adat tentu ada yang menghadiri dan ada kegiatan, yang menjadi pertanyaan apakah tulisan tentang upacara adat tersebut telah mampu untuk menjelaskan secara rinci tentang kegiatan upacara adat tersebut dan apakah pemikiran antara pembaca etnografi sejalan dengan apa yang ditulis oleh penulis etnografi tersebut, ada dua kemungkinan yang muncul, yaitu : maksud si penulis etnografi telah tersampaikan dengan baik kepada pembaca dan yang kedua maksud penulis tidak tersampaikan dengan baik karena pembaca memiliki penfasiran yang berbeda.
Penafsiran terhadap suatu karya etnografi memiliki beragam imajinasi yang tidak mampu dibatasi oleh siapapun oleh karena setiap individu manusia memiliki otak dan pikiran, hal ini memunculkan anekdot "kalau apanya apa seperti apa", tentu otak bekerja untuk menerjemahkan fenomena ini dalam alam imajinasi pembaca. menjembatani dan menjawab anekdot "kalau apanya apa seperti apa", memunculkan studi visual yang berbasiskan hasil teknologi yang diadaptasi oleh antropologi, keterkaitan antara studi visual dan antropologi melahirkan antropologi visual sebagai sub-ilmu dari antropologi.
Studi visual meliputi : gambar bergerak, gambar tidak bergerak dan suara, ketiga hal ini memiliki peranan vital dalam menyampaikan suatu maksud kepada orang lain, peranan menjadi penting ketika apa yang selama ini hanya hidup dalam imajinasi dapat disaksikan secara langsung dengan menggunakan mata, telinga dan otak untuk proses berfikir. kompleksnya studi visual ini menyebabkan antropologi memerlukan studi ini untuk menyajikan karya etnografi dan sebagai jawaban untuk menghadapi perkembangan zaman.
Penyajian etnografi dalam konteks visual menyebabkan etnografi tersebut tersampaikan secara utuh kepada individu yang melihatnya, karena apa yang terjadi, dilihat dan dirasa juga dapat dialami oleh individu yang melihat etnografi visual tersebut.
Disadari maupun tidak disadari kehadiran studi visual dalam antropologi, membawa ilmu antropologi pada tingkat berikutnya setelah tingkat tekstual. walau apapun yang terjadi antropologi visual juga tidak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari peran tekstual karena proses dalam mem-visualisasi-kan etnografi juga terdapat bagian dimana tekstual diperlukan, seperti pembuatan script (rencana kerja visualisasi).
Munculnya antropologi visual juga menimbulkan dua segresi pendapat dikalangan antropolog, pendapat pertama menyatakan bahwa antropologi visual tidak lebih dari sebentuk data pendukung etnografi namun pendapat kedua menyatakan bahwa antropologi visual memiliki konsekuensi metodologis antropologi dan memberikan sumbangsih dalam bentuk penyajian data serta pendekatan hal ini dimungkinkan karena antropologi visual adalah sub-ilmu antropologi yang menitikberatkan pada aspek kompleksitas dalam aplikasinya.
Tanpa bermaksud berhipotesa dan berpihak pada salah satu pendapat, anekdot "kalau apanya apa ... seperti apa ?" berubah menjadi "kalau apanya apa ... seperti ini jadinya!".

Penulis adalah mahasiswa departemen antropologi stambuk 2003.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Sakit Deli Maatschappaij; Ikon Sejarah Kesehatan dan Aspek Legalitas

Krisis Metode Penelitian Antropologi (Observasi Partisipasi Dan Kedudukan Peneliti Dalam Suatu Penelitian Antropologi)

BAGAS GODANG; Simbol Ornamentasi Rumah Tradisional Mandailing