Smart Gadget or Idiot User



Dimulai dari ketika zaman bersiap menghadapi era Y2K, aku sudah duduk manis dan menatap layar monitor berukuran 15” di salah satu warung internet di sudut Jalan Sekip Kota Medan, untuk sekedar bercengkrama melalui fasilitas sosial media mIRC internet relay chat, yang kupelajari sendiri dan bertanya dengan mereka yang di kiri atau kanan berbatas kayu sepandangan mata, bagaimana mengirim pesan, bagaimana masuk dalam forum hingga bagaimana menggunakan bot (kalau tidak mengerti dengan istilah bot, sila layari laman google karena ini bicara tentang teknologi dan bersifat teknis), membuat E-mail atau electronic mail yang dalam bahasa Indonesia disebut surat elektronik pun aku berusaha sendiri. Saat itu kupilih ekstensi .cbgb sebagai alamat email dikarenakan trend, style dan juga duniaku bersosialisasi yang pada umumnya pemusik punk dan sk8 pada masa itu.
Perlu juga kuberikan apresiasi bagi mereka yang pada masa itu mau berlama-lama di depan layar monitor komputer untuk belajar menulis di fasilitas microsoft word, excel, membuat kotak persegi melalui program aplikasi ms.paint, tanpa mereka mungkin aku juga tidak terlalu paham dengan cucuran istilah teknis yang rumit dan penuh perhitungan komputasi.
Masa itu media penyimpanan berupa disket yang dalam bahasa komputernya disebut floopy disk 1.44 megabyte yang hanya sanggup menampung 1.44 megabyte, sekotak floopy disk ini mengisi tasku dikala baru lulus sekolah menengah umum yang menampung bot mIrc; ninja bot, kelak pada masa awal perkuliahan disket petak itu berisi beragam tugas antropologi yang “wow,” sedikit curahan hati pada masa itu bayangkan saja satu disket petak itu berharga Rp.5000.- dan kadangkala dosen mata kuliah meminta tugas disimpan dalam disket itu beserta dengan print out tugas tanpa mengembalikan disket, dan bayangkan juga satu mata kuliah “Teori Antropologi I” yang umumnya masuk seminggu sekali bernilai 3 SKS, di press menjadi 3 kali pertemuan dalam seminggu dan kelas yang berisi 5 orang mahasiswa dengan buku-buku tebal berbahasa Inggris yang menjadi tugas review setiap hari (secara tulus kuucapkan terima kasih Kak, karena ini aku jadi pintar ber-teori antropologi dan diakhir masa perkuliahanku Kakak bersedia menjadi dosen penguji skripsi). Hari-hari itu kujalani dengan membawa tas kresek hitam besar berisi empat keping disket, buku-buku kopian teori antropologi, berlembar-lembar tugas review dari tiap bab dalam buku.
Kembali ke fenomena jaringan internet dan komputer, masa itu dapat kuhitung dengan jari dosenku yang mampu membawa komputer jinjing untuk mengajar, kalau mahasiswa jangan ditanya, hanya mahasiswa dengan uang berlebih yang mampu membawanya kekampus. Kelak memasuki pertengahan masa perkuliahan aku membeli laptop bekas ber-cap Toshiba Dyna Satellite dengan memory 128 megabyte, kapasitas penyimpanan 120 gigabyte dan dengan fasilitas microsoft ME (Millenium Edition) yang kadang membukanya saja terkena lag time 15 menit (!). Kalaupun terhubung ke jaringan internet itu berkat jaringan kabel LAN local access network dengan kecepatan yang kalaupun diceritakan sekarang hanya menjadi bahan tertawaan.
Masa itu kegiatan berselancar di jaringan internet hanya kulakukan di warung internet dan layanan internet kampus dengan fasilitas terbatas, hanya boleh meng-akses laman perambah google dan email tanpa boleh membuka laman sosial media; friendster (!). Bermodal kartu tanda mahasiswa yang boleh dipergunakan untuk layanan satu jam komputer dan internet perharinya. Selebihnya ketika ada kesempatan untuk berselancar di jaringan internet kupergunakan untuk mengunduh beberapa lembar artikel antropologi atau kalau aku lagi malas mengunduhnya biasanya kupakai cara screenshot layar monitor untuk mempersingkat waktu.
Bagi mahasiswa kala itu, warung internet dengan fasilitas paket malam, yaitu menawarkan paket berselancar di jaringan internet dari jam 12 malam hingga 7 pagi adalah cara singkat bagi mereka yang pulang kemalaman dan tidak bisa lagi memasuki kost atau bagi mahasiswa yang harus masuk kuliah pagi atau bagi mahasiswa yang dikejar-kejar menuntaskan beragam tugas kuliah, warung internet dengan fasilitas paket malam adalah pilihan yang tak terbantahkan. Umumnya dengan menggunakan fasilitas paket malam dengan harga yang miring, hanya satu atau dua jam diisi dengan membuka laman email atau google, memeriksa halaman friendster atau yahoo mail chat, selebihnya mengunduh musik, film atau menonton film biru !.
Kalau ditanya padaku apakah perilaku itu berpengaruh terhadap perkembangan psikologisku secara personal, kujawab iya dan tidak kulupakan juga bahwa perkembangan psikologis itu tergantung bagaimana diri menyusun kehidupan pribadinya, jadi kalau menyalahkan internet sebagai biang keladi kerusakan moral itu hanya melempar tanggung-jawab dan mencari kambing putih !.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Sakit Deli Maatschappaij; Ikon Sejarah Kesehatan dan Aspek Legalitas

Krisis Metode Penelitian Antropologi (Observasi Partisipasi Dan Kedudukan Peneliti Dalam Suatu Penelitian Antropologi)

BAGAS GODANG; Simbol Ornamentasi Rumah Tradisional Mandailing