HUTA; Gondang Kampung Halaman

Pandemic For Arts seri #3 HUTA; Gondang Kampung Halaman Avena Matondang Selasa (2/6/2020) menjadi hari penyelenggaraan Pandemic For Arts seri ke 3 yang mengangkat tema Huta sebagai representasi seni pertunjukan Tapanuli Utara. Pandemic For Arts yang ditujukan sebagai kanal seni pertunjukan virtual dalam situasi wabah covid-19 yang melanda seluruh dunia, tak terkecuali Sumatera Utara. Pandemic For Arts selain sebagai strategi pertunjukan seni tradisi ditengah wabah covid-19 juga menjadi pertautan tradisi dalam konstelasi kontemporer yang mestizo, kehadiran tradisi tak selalu identik dengan geografis kultural melainkan pula dapat menjadi penghadiran kultural pada dimensi megapolitan Kota Medan, Pandemic For Arts seri 3 yang direncanakan berlangsung di Tarutung mendadak diubah di Kota Medan sebagai bagian protokol kesehatan wabah covid-19 yang mengharuskan karantina bagi pendatang, hal ini tak menjadi persoalan pelik bagi organisatoris Pandemic For Arts mengingat kebijakan tata kehidupan baru sebagai tindakan taktis covid-19 adalah sisi lain dari keping koin melintas batas tradisi dan kultural yang adaptif. Pandemic For Arts yang digagas Rumah Karya Indonesia adalah alternatif ruang pertunjukan “baru” yang dimaksudkan sebagai etalase pertunjukan seni tradisi dalam spektrum dunia digital dan juga menjaga eksistensi seni tradisi-kontemporer ditengah keriuhan wabah covid-19 yang membatasi ruang gerak kehidupan. Pandemic For Arts menjadi solusi cepat dalam ranah seni tradisi-kontemporer di Sumatera Utara yang bertujuan menjaga keberlangsungan dan melihat langsung dampak pembatasan sosial (social distance) terhadap kehidupan kultural masyarakat di Sumatera Utara. Konsep Huta yang dibawa pada seri ketiga rangkaian pertunjukan Pandemic For Arts dipilih berdasarkan pemikiran yang matang untuk mendekatkan pribadi dengan kenangan, menguatkan pentingnya arti kampung halaman bagi pembentukan karakter bahkan peradaban, dan sebagai konsep wilayah yang sentral sebagai fokus rotasi tiap-tiap manusia kultural. Mengusung konsep Huta pada kegiatan Pandemic For Arts adalah bagian promosi kesehatan #tidakmudik yang digaungkan oleh institusi pemerintah untuk melokalisir wabah covid-19 dan kebijakan”new normal,” selain itu konsep Huta juga mewakili perasaan tiap individu Batak yang rindu akan kampung halaman; hijau perbukitan, birunya Danau Toba dan riuhnya kehidupan tradisi. Gairah Huta yang digaungkan pada pertunjukan Pandemic For Arts seri ketiga ini sejatinya ditampilkan di Huta sekitaran wilayah Tapanuli Utara untuk melekatkan tradisi dengan masyarakat pendukungnya namun karena wabah covid-19 dan atribusi protokol kesehatan serta kebijakan pemerintah kegiatan Pandemic For Arts seri ketiga sebagai representasi wilayah kultural Tapanuli Utara diadakan di Kota Medan dengan tetap menggunakan protokol kesehatan serta atmosfir kultural geografis Tapanuli Utara melalui serangkaian pengisi acara hingga pada materi kegiatan pertunjukan yang mewakili keberhadiran Huta dalam konsep kehidupan perkotaan. Penampilan dari Saurdot Etnis membawa atmosfir pertunjukan langsung ke jantung kehidupan Tapanuli Utara; petikan hasapi yang lamat-lamat mengiringi tabuhan gondang dan bilah-bilah garantung serta ketukan hesek seakan menambah keharuan rindu akan kampung halaman. Dengan membawakan lima komposisi tradisi-kontemporer klasifikasi musik Batak menjadi pelita yang menerangi kenangan dan harapan akan Huta, kampung halaman. Secara pertunjukan, penampilan Saurdot Etnis dengan tata cahaya minimalis dan panggung yang menggunakan salah satu ruangan di Taman Budaya Sumatera Utara menjadi semiosis kehidupan yang liris terhadap situasi kondisi terkini, tidak hanya sebagai respon terhadap guncangan dimensi kesehatan melainkan pula menampilkan sosok kontestasi kultural ditengah gejolak modernitas perkotaan yang menuntut kompleksitas dan hingar-bingar suasana. Akustis ruang Taman Budaya Sumatera Utara mengamplifikasi suara-suara tradisi yang senyap, timbul-tenggelam ditengah bertumbuhnya dinding beton dan sikap individualis tipikal masyarakat perkotaan secara umum. Alunan hasapi menjadi obat kerinduan akan riuh rendah suasana onan (pasar) dengan beragam perbincangan tradisi, ketukan gondang dan garantung bagaikan derap langkah harapan yang silih berganti serta bunyi hesek yang mengejutkan layaknya senda-gurau kehidupan egaliter di Huta, secara keseluruhan penampilan Saurdot Etnis adalah orkestrasi Huta dengan repertoire-repertoire kehidupan. Saurdot etnis sebagai penampil turut membawa apresiasi seni representasi melalui kehadiran lima generasi muda Tapanuli Utara yang merantau ke Kota Medan untuk menyelesaikan pendidikan, begitupun seturut dengan penampilan Martogi Sitohang yang merupakan untaian estafet generasi huta, saling mendukung/menguatkan dalam nada liris jou jou ni gondang. Kolaborasi penampilan antara Saurdot Etnis dengan Martogi Sitohang adalah kolaborasi multidimensi sebagai penghadiran sosok tradisi—modern, keberlanjutan seni tradisi bahkan secara prestisius adalah perpaduan yang menghanyutkan perasaan akan kerinduan kampung halaman beserta serpihan cerita masa lalu. Mengutip Goffman (1959) mengenai dialektika frontstage dan backstage dalam konsepsi dramaturgi sekiranya mampu membungkus pertunjukan Pandemic For Arts secara apik dengan mengetengahkan keberhasilan panggung pertunjukan mempertontonkan keharuan dan kerinduan kampung halaman melalui tema Huta sebagai bagian keberhasilan frontstage selama 60 menit tanpa harus dijejali beragam informasi dan kenangan, hanya melalui alunan repertoire gondang dan sarune, dan tak lupa kinerja dibalik layar berlangsungnya Pandemic For Arts seri ketiga yang dijalankan oleh segelintir anak muda peduli akan tradisi kultural menjadi bukti jikalau kemauan menjaga tradisi terletak dipundak generasi muda beserta kompleksitas situasi-kondisi yang mewarnai proses pertunjukan. Mauliate, baen ma gondang i ----------------------------------------------------------------------------
x

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Sakit Deli Maatschappaij; Ikon Sejarah Kesehatan dan Aspek Legalitas

Krisis Metode Penelitian Antropologi (Observasi Partisipasi Dan Kedudukan Peneliti Dalam Suatu Penelitian Antropologi)

BAGAS GODANG; Simbol Ornamentasi Rumah Tradisional Mandailing