Kartini - Feminisme atau Kebodohan
KARTINI
Suatu Wacana Feminisme atau Kebodohan
Avena Matondang
Pendahuluan
Setiap tahun diperingati hari kartini sebagai suatu ungkapan terima kasih perempuan Indonesia kepada kartini karena telah membuka pandangan terhadap nasib kaum perempuan Indonesia (?), bagi kaum feminis peringatan hari kartini merupakan suatu pendorong atau bukti bahwa posisi kaum perempuan masih diragukan dalam kehidupan sosial,budaya dan politik Indonesia.
Keywords : Perempuan, Feminisme, Kartini, Kebodohan
Suatu Wacana Feminisme
Sebagaimana telah dibuka dalam pendahuluan jelas bahwa posisi kartini sangat penting dalam perjalanan kaum feminis Indonesia, kartini telah mampu membuka mata setiap orang untuk memperhatikan posisi perempuan. Kartini yang terlahir dari keluarga berdarah bangsawan mengalami pengekangan dimana saat usia kartini menginjak dewasa maka kartini dihadapkan pada pilihan dijodohkan oleh orangtua, hal seperti ini merupakan suatu tindak pengekangan kebebasan dimana semenjak lahir setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan hidup namun ada budaya yang mengikat menjadi suatu alasan bagi kartini untuk tidak melawan kemauan orang tuanya tersebut. Dari sudut pandang feminis tindakan kartini yang melawan tindakan orangtuanya melalui surat kepada teman-temannya sebagai suatu wujud pelepasan diri kartini dari suatu sistem pengekangan, disadari atau tidak disadari tindakan ini mengalami konsekuensi tersendiri bagi diri kartini, kartini saat itu dianggap sebagai simbol perjuangan kaum perempuan memperoleh status sama dengan kaum laki-laki, dimana kartini memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan yang layak walaupun hanya sebatas pada memperoleh pendidikan tidak pada keinginan untuk melanjutkan pendidikan.
Pada masa sekarang ini banyak perempuan yang bekerja di sektor domestik dengan status sebagai istri dari seorang suami ataupun dengan status bebas tanpa ada ikatan perkawinan menjadikan posisi perempuan tersebut dianggap sebagai penerus cita-cita kartini sebagai pahlawan pergerakan kaum perempuan.
Kebodohan
Mungkin cercaan atau makian yang didapat dari pernyataan bahwa kartini merupakan suatu tindakan kebodohan tapi apabila zaman diputar kembali maka pada saat pejuang Aceh Tjut Nyak Dien hidup dan berjuang dimasanya memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan hidup dan kehidupan Tjut Nyak Dien jelas pada masa sebelum masa kartini, kartini merupakan korban dari suatu sistem kebudayaan yang mengikat kehidupannya dalam hal ini kebudayaan jawa memegang peranan dalam mematikan kebebasan hidup seorang kartini, tidak dapat dipungkiri lagi sebagai anggota keluarga bangsawan jawa kartini memegang teguh aturan dan menjalankan aturan tersebut.
Disebut sebagai suatu kebodohan karena kartini tidak melakukan suatu tindakan yang cukup untuk melawan aturan yang telah mengekangnya, mengapa perempuan yang hidup sebelum masanya dan hidup dilain kebudayaan dapat hidup dengan penuh kebebasan, letak kesalahan kartini adalah tindakannya yang tidak cukup untuk membuka mata masyarakat untuk melihat kekurangan dari kebudayaannya yang mengekang kehidupan kaum perempuan dan cukup bodoh kartini pada saat itu tidak melakukan tindakan nyata yang dapat menjadikannya sebagai pahlawan pergerakan wanita dan mengapa wanita yang hidup sezaman dengan kartini, satu kebudayaan dengan kartini namun posisi berada pada posisi rakyat jelata dalam susunan masyarakat dapat hidup bebas dan dapat menentukan pilihan bagi dirinya sendiri, sekali lagi ditegaskan bahwa kertini bukanlah pahlawan pergerakan perempuan Indonesia melainkan kartini adalah suatu contoh lemahnya posisi perempuan dalam sistem kebudayaan bangsawan jawa pada saat itu serta kartini adalah simbol perempuan yang tidak memiliki kemampuan yang cakap dalam menyikapi hidup dalam sistem yang mengikat.
Kartini bukan pahlawan pergerakan perempuan Indonesia, posisi kartini dianggap sebagai pahlawan perempuan karena hanya menyuarakan ketidakadilan yang diterimanya oleh akibat sistem budaya tanpa ada tindakan konkrit dalam pernyataan melawan sistem budaya, kartini merupakan bukti bahwa budaya jawa mencoba untuk mendominasi setiap sendi kehidupan, mengapa tidak ditonjolkan kehidupan kaum perempuan diluar jawa yang notabene memiliki kebebasan dalam menyikapi hidup, sekali lagi hal ini bukan merupakan provokasi yang bersifat primordialisme akan tetapi mencoba untuk berfikir kembali apakah posisi kartini sudah cocok atau tidak cocok sama sekali pada posisi pahlawan pergerakan kaum perempuan Indonesia.
Penulis merupakan mahasiswa departemen antropologi FISIP-USU.
Suatu Wacana Feminisme atau Kebodohan
Avena Matondang
Pendahuluan
Setiap tahun diperingati hari kartini sebagai suatu ungkapan terima kasih perempuan Indonesia kepada kartini karena telah membuka pandangan terhadap nasib kaum perempuan Indonesia (?), bagi kaum feminis peringatan hari kartini merupakan suatu pendorong atau bukti bahwa posisi kaum perempuan masih diragukan dalam kehidupan sosial,budaya dan politik Indonesia.
Keywords : Perempuan, Feminisme, Kartini, Kebodohan
Suatu Wacana Feminisme
Sebagaimana telah dibuka dalam pendahuluan jelas bahwa posisi kartini sangat penting dalam perjalanan kaum feminis Indonesia, kartini telah mampu membuka mata setiap orang untuk memperhatikan posisi perempuan. Kartini yang terlahir dari keluarga berdarah bangsawan mengalami pengekangan dimana saat usia kartini menginjak dewasa maka kartini dihadapkan pada pilihan dijodohkan oleh orangtua, hal seperti ini merupakan suatu tindak pengekangan kebebasan dimana semenjak lahir setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan hidup namun ada budaya yang mengikat menjadi suatu alasan bagi kartini untuk tidak melawan kemauan orang tuanya tersebut. Dari sudut pandang feminis tindakan kartini yang melawan tindakan orangtuanya melalui surat kepada teman-temannya sebagai suatu wujud pelepasan diri kartini dari suatu sistem pengekangan, disadari atau tidak disadari tindakan ini mengalami konsekuensi tersendiri bagi diri kartini, kartini saat itu dianggap sebagai simbol perjuangan kaum perempuan memperoleh status sama dengan kaum laki-laki, dimana kartini memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan yang layak walaupun hanya sebatas pada memperoleh pendidikan tidak pada keinginan untuk melanjutkan pendidikan.
Pada masa sekarang ini banyak perempuan yang bekerja di sektor domestik dengan status sebagai istri dari seorang suami ataupun dengan status bebas tanpa ada ikatan perkawinan menjadikan posisi perempuan tersebut dianggap sebagai penerus cita-cita kartini sebagai pahlawan pergerakan kaum perempuan.
Kebodohan
Mungkin cercaan atau makian yang didapat dari pernyataan bahwa kartini merupakan suatu tindakan kebodohan tapi apabila zaman diputar kembali maka pada saat pejuang Aceh Tjut Nyak Dien hidup dan berjuang dimasanya memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan hidup dan kehidupan Tjut Nyak Dien jelas pada masa sebelum masa kartini, kartini merupakan korban dari suatu sistem kebudayaan yang mengikat kehidupannya dalam hal ini kebudayaan jawa memegang peranan dalam mematikan kebebasan hidup seorang kartini, tidak dapat dipungkiri lagi sebagai anggota keluarga bangsawan jawa kartini memegang teguh aturan dan menjalankan aturan tersebut.
Disebut sebagai suatu kebodohan karena kartini tidak melakukan suatu tindakan yang cukup untuk melawan aturan yang telah mengekangnya, mengapa perempuan yang hidup sebelum masanya dan hidup dilain kebudayaan dapat hidup dengan penuh kebebasan, letak kesalahan kartini adalah tindakannya yang tidak cukup untuk membuka mata masyarakat untuk melihat kekurangan dari kebudayaannya yang mengekang kehidupan kaum perempuan dan cukup bodoh kartini pada saat itu tidak melakukan tindakan nyata yang dapat menjadikannya sebagai pahlawan pergerakan wanita dan mengapa wanita yang hidup sezaman dengan kartini, satu kebudayaan dengan kartini namun posisi berada pada posisi rakyat jelata dalam susunan masyarakat dapat hidup bebas dan dapat menentukan pilihan bagi dirinya sendiri, sekali lagi ditegaskan bahwa kertini bukanlah pahlawan pergerakan perempuan Indonesia melainkan kartini adalah suatu contoh lemahnya posisi perempuan dalam sistem kebudayaan bangsawan jawa pada saat itu serta kartini adalah simbol perempuan yang tidak memiliki kemampuan yang cakap dalam menyikapi hidup dalam sistem yang mengikat.
Kartini bukan pahlawan pergerakan perempuan Indonesia, posisi kartini dianggap sebagai pahlawan perempuan karena hanya menyuarakan ketidakadilan yang diterimanya oleh akibat sistem budaya tanpa ada tindakan konkrit dalam pernyataan melawan sistem budaya, kartini merupakan bukti bahwa budaya jawa mencoba untuk mendominasi setiap sendi kehidupan, mengapa tidak ditonjolkan kehidupan kaum perempuan diluar jawa yang notabene memiliki kebebasan dalam menyikapi hidup, sekali lagi hal ini bukan merupakan provokasi yang bersifat primordialisme akan tetapi mencoba untuk berfikir kembali apakah posisi kartini sudah cocok atau tidak cocok sama sekali pada posisi pahlawan pergerakan kaum perempuan Indonesia.
Penulis merupakan mahasiswa departemen antropologi FISIP-USU.
Komentar
cukup memberikan saya gambaran bahwa kartini hanya dicomot saja sebagai simbol kampanye feminisme di Indonesia :)
Terima kasih atas apresiasinya untuk kajian emansipasi wanita di Indonesia. Banyak tokoh feminis yang ada dalam kerangka sejarah Indonesia namun terkubur karena beragam sebab yang tidak jelas, semoga kita mampu untuk mendiskusikan lebih lanjut