Relevansi Visual Antropologi Dalam Perkembangan Ilmu Antropologi
RELEVANSI VISUAL ANTROPOLOGI DALAM PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI
Avena Matondang[1]
Pendahuluan
Hubungan antara visual dan antropologi merupakan hubungan yang saling menguntungkan bagi kedua aspek tersebut, dalam perjalanan proses perkembangan ilmu antropologi sendiri visual cukup memegang peranan yang penting. Pada awalnya perkembangan ilmu antropologi disertai dengan penulisan etnografi secara nyata dalam hal ini karya etnografi tersebut berbentuk tulisan dan dijilid sebagai sebuah buku namun perkembangan zaman yang telah pesat menyebabkan masuknya unsur visual dalam antropologi, secara langsung maupun tidak langsung hal ini telah menambah nilai antropologi itu sendiri.
Visual Antropologi
Visual antropologi atau biasa disebut dengan antropologi visual merupakan suatu wujud baru dari antropologi yang telah mengalami proses perkembangan arus teknologi. Dalam perkembangannya visual antropologi dianggap tidak mengakomodasikan ilmu antropologi dalam penerapannya, secara nyata dapat dilihat pada awalnya seorang antropolog wanita amerika bernama Margaret Mead melakukan penelitian di daerah Polinesia (Papua, Australia dll), hasil penelitiannya tersebut kemudian disampaikan secara visual melalui film yang ia buat tentang kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
Pada saat sekarang ini banyak orang yang membuat film-film dengan dasar pendekatan dan penyampaian secara antropologis akan tetapi hal tersebut tidak disadari oleh para antropolog karena dalam proses penyampaian tersebut film-film bernuansa antropologi dibalut dengan unsur-unsur budaya popular dengan maksud menjadikan film tersebut sebagai suatu hasil yang memiliki “market place” ditengah-tengah masyarakat tanpa mengesampingkan aspek antropologi itu sendiri.
Visual antropologi sebagai bagian dari ilmu antropologi secara umum juga memegang konsekuensi metodologi antropologi dalam pengaplikasiannya, hal ini bagi sebagian antropolog cukup mendapatkan tentangan yang keras, oleh karena menurut mereka hal tersebut (antropologi visual) merupakan suatu data sampiran dalam karya etnografi. Tentangan dari sebagian kalangan antropolog tersebut dapat disanggah dengan mengutip pernyataan seorang antropolog James Spradley yang dalam bukunya “Metode Etnografi” menyatakan bahwa etnografi adalah sebagai metode dan sebagai suatu pendekatan sehingga dapat diperjelas bahwa kedudukan antropologi visual mengambil tempat pada bagian pendekatan dengan onsekuensi metodologis ilmu antropologi.
Pada awal perkembangan ilmu antropologi sendiri terbagi atas beberapa fase yang pada setiap fasenya masing-masing memiliki keterkaitan satu sama lain, pada awal-awal kemunculan dan perkembangan antropologi juga mendapat tentangan beberapa pihak karena pada saat itu antropologi hanyalah sebatas ilmu “untuk menguasai dan berkuasa atas tanah jajahan” yang biasa dikenal dengan imperialisme.
Antropologi visual sebagai suatu cabang baru dalam ilmu antropologi tidak bisa melepaskan diri dari beberapa ilmu yang memiliki dukungan penuh terhadap antropologi visual (cycle sciences). Cinematography, photography, arts merupakan sebagian dari banyak ilmu yang menyokong antropologi visual, sehingga layak apabila dikatakan bahwa seorang yang menekuni antropologi visual sebagai suatu spesialisasi ilmu harus memiliki dan menguasai ilmu-ilmu tersebut.
Pendekatan Antropologi Visual
Antropologi visual seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya memiliki konsekuensi metodologis antropologi, dalam penelitian lapangan (field research) tentunya diperlukan metode antropologi seperti partisipasi observasi, partisisipasi non observasi, rapport, adekwat dan lain sebagainya, pendekatan yang lazim digunakan dalam antropologi visual adalah photography approach (pendekatan fotografi), film approach (pendekatan film), video approach (pendekatan video), audio approach, dan lain sebagainya.
Pendekatan fotografi merupakan suatu pendekatan dalam antropologi visual yang memfokuskan pada aspek fotografi dalam menjelaskan penelitian antropologi, hal ini juga berlaku dalam pendekatan film dan video[2], pendekatan audio merupakan pendekatan dengan menggunakan media rekam dengan fokus pada perekaman suara, pada teknis penggunaannya audio sendiri terbagi atas dua bagian, yaitu :
1) Narasi, yaitu suatu bentuk “suara” yang menyertai tayangan video atau film, bentuk “suara” tersebut adalah dengan memberikan keterangan terhadap apa yang ditayangkan, individu yang melakukan narasi atau disebut dengan narator memberikan keterangan terhadap apa yang ditayangkan namun narator tersebut tidak ditampilkan hanya “suara” yang ada menyertai gambar/tayangan tersebut.
2) Direct Sound, adalah bentuk “penyuaraan” terhadap suatu tayangan yang bersifat langsung dengan kata lain suara yang terdapat dalam pengambilan gambar/tayangan itulah yang ditampilkan secara langsung.
Pendekatan-pendekatan dalam antropologi visual juga memerlukan bantuan dari ilmu lainnya dalam menjalankan kegiatan, teknik editing, teknik sulih suara, dan teknik pengambilan gambar merupakan kontribusi ilmu lain terhadap perkembangan ilmu antropologi visual.
Popular Film
Pada saat sekarang ini sudah sangat umum dalam menampilkan karya etnografi visual selalu dibalut dalam kemasan popular hal ini bertujuan untuk menambah nilai dalam penyajiannya. Popular dalam hal ini berarti karya etnografi visual yang ditampilkan memiliki “content” jual terhadap pasar, tanpa disertai hal ini etnografi visual hanyalah sebuah karya etnografi yang hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang saja, tanpa mengurangi nilai dan isi dari etnografi visual, penyajian secara popular bermaksud agar karya etnografi visual dapat diterima oleh semua kalangan.
Kebutuhan Terhadap Visual Antropologi
Kebiasaan dari para antropolog adalah menyajikan data dalam bentuk tulisan, hal ini menimbulkan kesulitan yang sangat luar biasa dalam mengintepretasikan hasil penelitian dan data tersebut kepada orang lain atau diperlukan suatu kemampuan khusus sehingga hasil etnografi “tulisan” tersebut memiliki esensi yang sama seperti yang diinginkan oleh penulis.
Antropologi visual menjawab tantangan dan kebutuhan tersebut, dalam penyajiannya antropologi visual menyuguhkan suatu tontonan fenomena antropologi kehadapan kita, data dan keterangan yang terdapat dilapangan dapat dihadirkan secara nyata sehingga tidak terdapat lagi kesalahan dalam mengintepretasikan data dan keterangan yang didapat dilapangan. Seorang antropolog memiliki keharusan data yang didapat dilapangan merupakan data yang sahih namun bagaimana cara meyakinkan orang lain kalau data yang diperoleh tersebut merupakan data yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tanpa menyudutkan salah satu pihak antropologi visual adalah jawaban untuk hal tersebut karena data yang didapat dari penelitian dihadirkan dalam bentuk asli, bukankah tugas seorang antropolog adalah menyajikan data dari suatu bentuk kebudayaan dalam bentuk kebudayaan itu sendiri agar tidak terjadi kesalahan dalam menghadirkan data tersebut.
Jawaban sementara yang dapat diperoleh dari antropologi visual adalah antropologi visual dapat menghadirkan suatu bentuk kebudayaan dalam bentuk kebudayaan itu sendiri kehadapan kita.
[1] Penulis adalah mahasiswa departemen antropologi FISIP-USU.
[2] Pendekatan film dan video dibedakan atas penggunaan alat, film merupakan suatu media penyampaian yang memerlukan peralatan yang kompleks dengan durasi waktu yang lama sedangkan video merupakan media penyampaian sama seperti film namun memiliki durasi waktu yang singkat dan peralatan yang seadanya, hal ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi seperti film digunakan kamera film yang pada umumnya memiliki bobot yang berat dan peralatan yang lengkap sedangkan video pada saat sekarang ini merupakan barang yang sudah sangat lazim digunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam telepon seluler, camcorder, handycam yang merupakan perlatan yang ringkas.
Komentar