Postingan

Konsentrasi Politik Pilkada - Sumatera Utara 2008

Konsentrasi Politik Pilkada – Sumatera Utara [1] IBNU AVENA MATONDANG [2] Pembuka Masa-masa menjelang dan memasuki masa kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) telah menimbulkan suatu energi baru kepada setiap individu masyarakat, masyarakat mengimpikan calon pemimpin daerah yang tanggap dan proaktif terhadap keinginan masyarakat, kebutuhan singkat yang diharapkan masyarakat kelak akan terwujud melalui hasil Pilkada. Kehidupan demokrasi yang berproses telah menciptakan suasana yang mengikat setiap masyarakat untuk menyalurkan aspirasi politik, kebutuhan dan kemampuan politik praktis masyarakat telah melalui progresifitas yang melambung. Setiap kemampuan dan kesadaran politik masyarakat akan teruji kelak dalam ajang pilkada. Akankah Pilkada – Sumatera Utara dapat mencapai tahapan yang seimbang antara birokrat dan masyarakat ?. Kesadaran Politik Masyarakat Indonesia telah melalui proses tahapan pembelajaran politik yang mengejutkan, dimulai dari masa reformasi sampai pada era Pilkada
ACOUSTIC ETHNOGRAPHY IBNU AVENA MATONDANG Antecedent Term concerning acoustic in general is always viewed as by an the word have related to voice, chasm come up with the music. Understanding to word "acoustic" get the place at anthropological application segment peculiarly. Ethnography acoustic for partly circle anthropologists is "new material" needing the circumstantial understanding, real of of this term is "cross-languange" what got and used many by actor circle but application at anthropological scope. As initial idea, ethnography acoustic is an respective process with usage of voice in field research of ethnography, possibility of matter seen small and less meaning but in fact this matter have the role significant in anthropology scope. In a flash Early In antecedent have been given by a few pictures concerning elementary concept of ethnography acoustic, is mentioned by as an respective process with usage of voice in field research of ethnography. A

Salah ... Tidak Salah ... Benar ... Kurang Tepat

SALAH ... TIDAK SALAH ... BENAR ... KURANG TEPAT . Avena Matondang Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan sosial sering didengar kata "benar", "salah" maupun variasi kata tersebut seperti "tidak salah" dan "kurang tepat". Kalimat-kalimat tersebut bagi sebahagian orang mungkin tidak lebih dari sebentuk ungkapan kata yang mana makna dari kata tersebut banyak yang tidak memahami secara penuh, sehingga kata-kata tersebut sering "ditempelkan" bukan pada tempat semestinya. Berbagai kalimat banyak menggunakan kata-kata tersebut sehingga kehilangan esensinya, sampai pada ranah sosio-kultural dan politik penggunaan kata tersebut telah beralih fungsi menjadi suatu stigma yang menyeramkan terkadang menyenangkan. Refleksi ini mencoba untuk memutar kembali ingatan dan memperbaharui "koleksi ingatan" dalam otak tentang makna kata tersebut dalam aplikasi hidup bermasyarakat. Salah ... tidak salah ... benar ... kurang tepat. Dalam s

Kalo Apanya Apa ... Apa ?

Serangkai Kata Awal tulisan ini mungkin telah banyak dan sering dibahas dalam halaman blog ini, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi diri sendiri dan orang lain yang merasa tertarik untuk mengkaji tulisan ini lebih dalam agar tulisan ini tidak hanya sekedar tulisan atau corat-coret tidak menentu melainkan dinilai sebagai suatu tulisan yang pada saat sekarang sudah menjadi topik penting dikalangan antropolog. tulisan dalam blog ini juga sebagai wadah persiapan diri bagi pribadi agar pantang menyerah dalam mengkaji sesuatu hal, dan yang paling penting adalah berbagai tulisan pribadi yang memuat segala hal tentang antropologi visual adalah sebagai refleksi diri atas perkembangan zaman dan teknologi yang harus disikapi secara bijaksana serta bagi kerabat lainnya yang mengambil mata kuliah antropologi visual agar lebih tertantang untuk membuktikan "keampuhan" antropologi visual pada lapangan penelitian. Kalo Apanya Apa ... apa ? Avena Matondang Antropologi secara harfiah dap
KAMIS 16 AGUSTUS 2007 Avena Matondang Abstraksi Mahasiswa sebagai tulang punggung dan pewaris generasi akademis harusnya memiliki OTAK untuk BERFIKIR bukannya menggunakan DENGKUL untuk berfikir. Pameo seperti yang telah disebutkan sebelumnya tentu cocok untuk menggambarkan situasi terkini yang terjadi pada kampus FISIP-USU. Mahasiswa Sebagai Generasi Akademis Setiap tahun ajaran baru bagi mahasiswa FISIP-USU mungkin adalah “neraka” bagi sebahagian mahasiswa yang beranggapan bahwa proses PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) tidak lebih daripada suatu ritual yang menghabiskan tenaga dan uang secara percuma, namun bagi sebahagian yang menganggap acara PMB adalah “surga”, bagi mereka inilah saatnya untuk unjuk gigi, tebar pesona kepada mahasiswa baru. Acara tebar pesona yang mereka tampilkan hanyalah sekedar sandiwara untuk mengatakan “Dek, lihatlah abang kau ini, karena aku sudah besar maka pantaslah kau kupijak”, kalimat tersebut mungkin mengandung sarkastik namun itulah kenyataan yang ha

Mandailing = Batak ?

MANDAILING - BATAK Analisis Mandailing Adalah Bagian Batak (Suku-Bangsa) Secara Luas Dalam Wacana Antropologi AVENA MATONDANG [1] Wilayah dalam pandangan antropologi dilihat sebagai suatu kesatuan wilayah yang didiami oleh sebentuk komunitas atau suku, sehingga dalam suatu wilayah bisa terdapat hanya satu komunitas atau suku maupun satu wilayah yang didiami oleh beberapa komunitas atau suku, konsep wilayah dalam pandangan antropologi pertama sekali diungkapkan oleh antropolog Amerika , M.J. Herskovits [2] kemudian konsep wilayah kebudayaan dikenal dengan istilah culture area, antropolog G.P. Murdock menyusun suatu sistem terhadap daerah-daerah kebudayaan di Afrika serta mengklasifikasikan daerah-daerah kebudayaan tersebut melalui unsur perbedaan bahasa dan perbedaan sisten kekerabatan. Melalui konsep culture area yang hendak didapatkan adalah untuk menarik satu garis merah yang menjadi persamaan bagi penduduk suku-suku bangsa yang mendiami wilayah tersebut. Tulisan ini ditujukan untuk

KINESIKA (Suatu Jawaban Atas Analisis Tubuh Sosial)

KINESIKA Avena Mtd Prakata Studi tentang tubuh yang memiliki suatu nilai sosial banyak disalahtafsirkan oleh beberapa kalangan akademis dan awam, studi tubuh sosial berawal dari anggapan yang muncul terhadap tubuh (fisik dan non-fisik) memiliki nilai sosial dalam lingkungan, tubuh bukan lagi sebagai raga manusia akan tetapi tubuh memiliki makna lain sebagai suatu bentuk nilai sosial dalam lingkungan sekitarnya, anggapan ini memiliki aspek ambiguitas yang bisa menimbulkan bias dikemudian hari dan hal inilah yang akan dipaparkan dalam penjelasan berikutnya. Tubuh sebagai raga dan sebagai nilai sosial Manusia diciptakan oleh Tuhan terdiri dari dua bahagian penting, yaitu : bagian ragawi (fisik) dan bagian jiwa (soul). Pada proses kehidupan kedua bahagian penting berjalan dan bekerja sama untuk “menghidupkan” manusia secara kasat mata, hal ini dikarenakan ada manusia hidup hanya dengan mengandalkan salah satu bagian penting dari bentuk manusia secara utuh. Manusia yang hidup