Postingan

Antropolog kah ?

Antropolog kah ? (1) Avena Matondang Pendahuluan Tulisan ini adalah proses refleksi terhadap peranan antropolog secara khusus dalam kehidupan saat sekarang ini dan juga untuk melihat antropologi dari sudut ilmu pengetahuan, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan apakah antropologi masih relevan pada waktu sekarang ini. Kemungkinan terbesar pada tulisan ini adalah "menyadarkan kembali" para antropolog akan titahnya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya untuk menjadikannya bermanfaat sekarang ini. Antropologi dalam konteks pengetahuan di Indonesia Secara umum masyarakat Indonesia akan mengenal Pak Koen (Koentjaraningrat-red) sebagai Bapak Antropologi Indonesia mengingat peran dan jasanya dalam mengembangkan ilmu antropologi di Indonesia, hanya saja peran dan jasanya tersebut akan kita pertanyakan kembali pada saat sekarang ini, relevankah pada saat sekarang ini ?. Sejarah perkembangan ilmu antropologi di Indonesia tidak lepas dari peran para sarjana Indonesia yang

Mandailing = Batak

Mandailing = Batak Analisis, Fenomenal, Aktualisasi Ibnu Avena Matondang (1) Pendahuluan Suku dapat dilihat sebagai suatu kesatuan komunal yang menetap pada suatu wilayah serta dibatasi oleh batas-batas geografis, pendapat ini mungkin memiliki kebenaran pada satu sisi namun pada sisi lainnya pendapat ini memiliki kekurangan dalam mendeskripsikan apa sesungguhnya suku. Berbagai konsep mengenai suku memiliki berbagai macam pandangan, pada tulisan ini konsep mengenai suku merupakan hasil intisari dari berbagai pengamatan dan penelitian terhadap bentuk suku tersebut, konsep tersebut adalah representasi dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh berbagai individu dalam masyarakat. Fokus dalam telaah ini adalah mencari kebenaran yang hakiki, akan tetapi sebagai seorang manusia tentunya kebenaran hakiki hanya didapat sebatas pengetahuan seorang manusia atau dengan kata lain kebenaran hakiki yang diyakini oleh seseorang tidak otomatis menjadi kebenaran bagi diri

Konsentrasi Politik Pilkada - Sumatera Utara 2008

Konsentrasi Politik Pilkada – Sumatera Utara [1] IBNU AVENA MATONDANG [2] Pembuka Masa-masa menjelang dan memasuki masa kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) telah menimbulkan suatu energi baru kepada setiap individu masyarakat, masyarakat mengimpikan calon pemimpin daerah yang tanggap dan proaktif terhadap keinginan masyarakat, kebutuhan singkat yang diharapkan masyarakat kelak akan terwujud melalui hasil Pilkada. Kehidupan demokrasi yang berproses telah menciptakan suasana yang mengikat setiap masyarakat untuk menyalurkan aspirasi politik, kebutuhan dan kemampuan politik praktis masyarakat telah melalui progresifitas yang melambung. Setiap kemampuan dan kesadaran politik masyarakat akan teruji kelak dalam ajang pilkada. Akankah Pilkada – Sumatera Utara dapat mencapai tahapan yang seimbang antara birokrat dan masyarakat ?. Kesadaran Politik Masyarakat Indonesia telah melalui proses tahapan pembelajaran politik yang mengejutkan, dimulai dari masa reformasi sampai pada era Pilkada
ACOUSTIC ETHNOGRAPHY IBNU AVENA MATONDANG Antecedent Term concerning acoustic in general is always viewed as by an the word have related to voice, chasm come up with the music. Understanding to word "acoustic" get the place at anthropological application segment peculiarly. Ethnography acoustic for partly circle anthropologists is "new material" needing the circumstantial understanding, real of of this term is "cross-languange" what got and used many by actor circle but application at anthropological scope. As initial idea, ethnography acoustic is an respective process with usage of voice in field research of ethnography, possibility of matter seen small and less meaning but in fact this matter have the role significant in anthropology scope. In a flash Early In antecedent have been given by a few pictures concerning elementary concept of ethnography acoustic, is mentioned by as an respective process with usage of voice in field research of ethnography. A

Salah ... Tidak Salah ... Benar ... Kurang Tepat

SALAH ... TIDAK SALAH ... BENAR ... KURANG TEPAT . Avena Matondang Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan sosial sering didengar kata "benar", "salah" maupun variasi kata tersebut seperti "tidak salah" dan "kurang tepat". Kalimat-kalimat tersebut bagi sebahagian orang mungkin tidak lebih dari sebentuk ungkapan kata yang mana makna dari kata tersebut banyak yang tidak memahami secara penuh, sehingga kata-kata tersebut sering "ditempelkan" bukan pada tempat semestinya. Berbagai kalimat banyak menggunakan kata-kata tersebut sehingga kehilangan esensinya, sampai pada ranah sosio-kultural dan politik penggunaan kata tersebut telah beralih fungsi menjadi suatu stigma yang menyeramkan terkadang menyenangkan. Refleksi ini mencoba untuk memutar kembali ingatan dan memperbaharui "koleksi ingatan" dalam otak tentang makna kata tersebut dalam aplikasi hidup bermasyarakat. Salah ... tidak salah ... benar ... kurang tepat. Dalam s

Kalo Apanya Apa ... Apa ?

Serangkai Kata Awal tulisan ini mungkin telah banyak dan sering dibahas dalam halaman blog ini, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi diri sendiri dan orang lain yang merasa tertarik untuk mengkaji tulisan ini lebih dalam agar tulisan ini tidak hanya sekedar tulisan atau corat-coret tidak menentu melainkan dinilai sebagai suatu tulisan yang pada saat sekarang sudah menjadi topik penting dikalangan antropolog. tulisan dalam blog ini juga sebagai wadah persiapan diri bagi pribadi agar pantang menyerah dalam mengkaji sesuatu hal, dan yang paling penting adalah berbagai tulisan pribadi yang memuat segala hal tentang antropologi visual adalah sebagai refleksi diri atas perkembangan zaman dan teknologi yang harus disikapi secara bijaksana serta bagi kerabat lainnya yang mengambil mata kuliah antropologi visual agar lebih tertantang untuk membuktikan "keampuhan" antropologi visual pada lapangan penelitian. Kalo Apanya Apa ... apa ? Avena Matondang Antropologi secara harfiah dap
KAMIS 16 AGUSTUS 2007 Avena Matondang Abstraksi Mahasiswa sebagai tulang punggung dan pewaris generasi akademis harusnya memiliki OTAK untuk BERFIKIR bukannya menggunakan DENGKUL untuk berfikir. Pameo seperti yang telah disebutkan sebelumnya tentu cocok untuk menggambarkan situasi terkini yang terjadi pada kampus FISIP-USU. Mahasiswa Sebagai Generasi Akademis Setiap tahun ajaran baru bagi mahasiswa FISIP-USU mungkin adalah “neraka” bagi sebahagian mahasiswa yang beranggapan bahwa proses PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) tidak lebih daripada suatu ritual yang menghabiskan tenaga dan uang secara percuma, namun bagi sebahagian yang menganggap acara PMB adalah “surga”, bagi mereka inilah saatnya untuk unjuk gigi, tebar pesona kepada mahasiswa baru. Acara tebar pesona yang mereka tampilkan hanyalah sekedar sandiwara untuk mengatakan “Dek, lihatlah abang kau ini, karena aku sudah besar maka pantaslah kau kupijak”, kalimat tersebut mungkin mengandung sarkastik namun itulah kenyataan yang ha